Jangan Terlalu Memenuhi Standar Orang Lain
Kiwari ini, kian banyak manusia ringan bicara tanpa menyaring, menanam luka tapi suka pura-pura lupa. Sering juga bersembunyi di balik kata-kata, “Gitu aja baper.” Nahasnya bukan hanya orang-orang luar, bahkan yang terdekat pun tak piawai untuk saling menjaga, diam-diam mematikan karakter.
Hingga
akhirnya, seseorang mulai tidak nyaman dengan diri sendiri dan lingkungan.
Muncul perasaan tidak aman, cemas, takut, body image negative, bahkan
tidak percaya dengan segala potensi diri. Kaum milenial menyebutnya insecure. Narasi yang cukup menarik untuk
ditelisik lebih jauh, mengingat beberapa dari kita, belum mampu speak up paling tidak, untuk menjaga
perasaan diri sendiri.
Perasaan
seperti ini bukan tanpa alasan, agaknya perlu untuk mendedah beberapa
perspektif umum, sebab munculnya perasaan insecure.
Yang pertama perlakuan overprotective.
Biasanya dilakukan orang terdekat, pasangan dan orangtua. Adanya perasaan cemas
berlebihan, hingga insting untuk melindungi terlalu besar. Kita sama-sama
sepakat bahwa, sesuatu yang berlebihan juga tidaklah baik. Sebab, setiap
manusia berhak maju dengan caranya sendiri.
Kedua,
perlakuan membanding-bandingkan. Statement ini sepertinya didukung penuh oleh
standar menarik dan kecantikan, yang dibuat-buat masyarakat secara umum.
Semakin putih semakin cantik, six-pack lebih
menawan katanya, yang kurus dituntut berisi, yang gemuk kudu diet ketat.
Masyarakat seperti lupa bahwa Nusantara terdiri dari berbagai etnis, warna
kulit dan struktur wajah yang beragam. Selain itu, media pun menaruh pengaruh
besar, terhadap standar kecantikan dengan memperadakan kontes dan kampanye
kecantikan. Secara tidak langsung mendoktrin persepsi orang-orang untuk menjadi
sama sesuai standar mereka.
Ketiga, overthinking, berpikir berlebihan. Pada
dasarnya manusia memang tidak pernah puas. Tak salah, yang keliru ketika kita
memaksakan keterbatasan, untuk memenuhi standar kepuasan orang lain.
Keempat,
perfeksionis. Menuntut kesempurnaan terhadap diri, untuk mencapai titik terbaik
dalam hidup akan menjadi boomerang bagi diri sendiri. Seseorang dengan sifat
perfeksionis, adalah mereka yang enggan menerima kegagalan dan seringkali
bertengkar dengan diri sendiri, jika hasil yang didapatkan tidak berbanding
sesuai harapan.
Terakhir,
rasa takut untuk bersosialisasi, sebab terlalu cemas dianggap berbeda dengan
orang sekitar. Perasaan tidak aman sebetulnya adalah hal yang wajar, namun
berada pada posisi yang sama dalam waktu yang lama, tidak akan membawa kita
kemana-mana.
Nihil
manusia yang hidup bersahabat dengan keadaan baik-baik saja sepanjang waktu.
Saya pun tak lepas dari insecurities,
bahkan untuk bisa speak up lewat
tulisan ini, cukup berat. Oleh karena itu, budayakan seni mencintai diri
sendiri dan jangan terlalu memikirkan omongan orang lain apalagi memaksakan
diri kita untuk memenuhi standar mereka.
Komentar
Posting Komentar