Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Berdamai dengan Diri Sendiri

  Tenggelam dalam lautan kesedihan Terjerat dalam kekacauan dunia Aku gadis yang belum cukup dewasa Mencoba berdamai dengan diri sendiri Tanpa disadari aku sering gagal untuk berdamai  Terlalu malu mengakui keberadaan  Hingga kesal dengan masa lalu yang kelam Akibat dari banyaknya spekulasi terhadap diri sendiri Terkadang melihat hal yang tidak beres terhadap kehidupan orang lain Yang sebenarnya itu pantulan ketidakpuasan terhadap diri sendiri Aku niatkan hati untuk selalu mencoba berdamai dengan diri sendiri Hingga aku berdamai dengan diri sendiri dengan bantuan Sang Pencipta Berdamai dengan masa lalu yang kelam Menerima segala kekurangan dan kelemahan Aku tidak sempurna  Tidak ada yang sempurna dan bahkan tidak mungkin menjadi sempurna Masa lalu yang kelam bukan berarti tidak mempunyai masa depan yang indah Kegagalan hari ini tidak berarti bahwa kesuksesan hilang selamanya Aku berdamai dengan segala kesalahan dan kegagalan yang pernah dilakukan Aku menerima itu semua sebagai bentuk p

Jangan Terlalu Memenuhi Standar Orang Lain

Kiwari ini, kian banyak manusia ringan bicara tanpa menyaring, menanam luka tapi suka pura-pura lupa. Sering juga bersembunyi di balik kata-kata, “Gitu aja baper.” Nahasnya bukan hanya orang-orang luar, bahkan yang terdekat pun tak piawai untuk saling menjaga, diam-diam mematikan karakter. Hingga akhirnya, seseorang mulai tidak nyaman dengan diri sendiri dan lingkungan. Muncul perasaan tidak aman, cemas, takut, body image negative,  bahkan tidak percaya dengan segala potensi diri. Kaum milenial menyebutnya  insecure . Narasi yang cukup menarik untuk ditelisik lebih jauh, mengingat beberapa dari kita, belum mampu  speak up  paling tidak, untuk menjaga perasaan diri sendiri. Perasaan seperti ini bukan tanpa alasan, agaknya perlu untuk mendedah beberapa perspektif umum, sebab munculnya perasaan  insecure . Yang pertama perlakuan  overprotective . Biasanya dilakukan orang terdekat, pasangan dan orangtua. Adanya perasaan cemas berlebihan, hingga insting untuk melindungi terlalu besar. K

Penyesalan Terbelanga di Jemput Senja

Kini senja tua menyapa diri yang telah renta Tubuh tiada lagi sekuat besi saat muda dirasa Seakan tertiup angin tumbang sungguh tak berdaya Kulit tipis itu tak akan mampu lagi melawan dinginnya suasana Muda berhura-hura terhamburkan harta dan benda Nyaman menikmati indahnya alunan malam di tengah keramaian ibu kota Siang dan malam terlalui tanpa menegakkan risalah suci Sampai hari berganti bulan pindah ke tahun Sampailah di usia tua Saat muda seruan sholat terhiraukan dengan kesenangan duniawi Tak peduli lagi dan lagi sungguh tak peduli Iman tak tertanam dalam hati sanubari Jiwa kosong pengetahuan tindak kriminal jadi tujuan Saat ini senja menghampiri sisa-sisa usia muda Dinding-dinding berdosa siap runtuh Menimbun jiwa yang tak mengenal Tuhannya Lelehan timah mendidih siap mengguyur di kulit tipis tak berlapis Setiap sudut menyala api mengobar ingin menangkap mangsa Sungguh penyesalan sekarang yang kuat terasa Bayang-bayang dosa hina terus melambai dan menghantui Ya Rabb … Ampunilah j

Jatuh Bangun Mengejar Impian

Perjalananku untuk mengejar perguruan tinggi sangat panjang. Berbagai rintangan dan perjuangan kulampaui. Terseok-seok kesana sini, tidak memiliki support system, bahkan keluarga sendiri tidak ada satupun yang mendukung. Kala itu aku hanya mampu bersimpuh memohon kepada Tuhan supaya impianku dapat tercapai. Kisahku bermulai ketika kelas 12 semester 2, dimana saat itu seluruh siswa tengah mempersiapkan diri untuk masuk ke kampus yang diinginkan. Namun berbeda dengan aku yang kala itu masih memikirkan apakah aku bisa lanjut studi atau tidak karena problem finansial. Sampai akhirnya sesosok guru yang hingga saat ini masih menjadi teladan bagiku memberi wejangan kepadaku hingga akhirnya aku sadar dan memberanikan diri untuk registrasi. Beliau mengucap “ Nduk, awakmu oleh peringkat parallel sak sekolahan, akeh bocah sing kepengin ning posisimu. Percoyo karo bapak yen awakmu bakal iso ngangkat derajate wong tuomu ” mulai dari situlah aku gigih untuk memperjuangkan peluangku ini, berusaha unt

Jangan Lupa Bersyukur

 Jangan Lupa Bersyukur Oleh : Dian Fatimatus Salwa Di sepanjang trotoar putri berjalan menuju rumahnya. Padatnya kendaraan dan berisiknya suara kendaraan tidak ia hiraukan. Seorang gadis sederhana yang menjadi mahasiswi di UNNES itu pulang dari kampus. Rumahnya cukup jauh dari kampus, namun tetap ia lakukan setiap hari dengan berjalan kaki tanpa rasa lelah pun. Ia berasal dari keluarga yang cukup sederhana. Karena prestasinya ia masuk ke Universitas tanpa biaya apapun atau mendapatkan beasiswa. "Putri!" teriak Naya memanggilnya dari mobil di lampu merah. Sontak Putri kaget mendengarnya kemudian tersenyum kepada Naya. "Yuk, bareng aku?" teman yang selalu baik kepadanya itu mengajak Putri pulang bersama. Bisa dibilang sahabatnya lah. "Nggak usah Nay, aku jalan sendiri aja." "Udah, nggak papa," "Nggak usah," "Ya udah, aku duluan ya." Lampu merah berubah hijau, Naya sambil menginjak gas mobilnya pelan-pelan. Tiba-tiba te

Konstruksi Gender dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia

  Istilah gender menjelaskan bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang terkonstruksi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Puspitawati (2013), kata “gender‟ dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa gender menyangkut aturan sosial yang merujuk pada perbedaan laki-laki dan perempuan. Konstruksi gender pada masyarakat Indonesia lebih cenderung menyudutkan perempuan, sehingga perempuan menjadi pihak yang termarginalkan. Perempuan sering dianggap sebagai sosok yang lemah lembut, tidak berdaya, mudah perasa, tidak pintar, dan penakut, sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, lebih pintar, dan pemberani. Dengan pemikiran yang seperti itulah dapat membuat perempuan terkungkung dalam sistem patriarki. Rueda dalam Wardani (2009) men

Remaja dan Masa Remaja

Membicarakan tentang remaja dan masa remaja, tidak akan pernah ada habisnya. Bahkan remaja adalah satu objek penelitian yang sangat menarik untuk selalu di kembangkan. Kenapa bisa seperti itu? Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa remaja itu adalah masa di mana mereka sedang mencari identitas dan jati diri mereka. Selain itu masa remaja bagi sebagian kalangan di anggap sebagai masa transisi, yang akan menentukan perkembangan kehidupannya di masa dewasa. Jadi dengan kata lain, kehidupan orang di masa remaja salah satunya di pengaruhi oleh perilaku dan sikap di masa remaja. Jika di masa ini para remaja bisa melakukan tugas perkemabangannya secara baik maka besar kemungkinan mereka akan mudah melewati dan menjalankan tugasnya di masa dewasa. Masa ini juga merupakan masa yang sulit bagi remaja, yang juga berdampak pada perilaku orang tua. Hal ini di buktikan dengan sikap orang tua yang terkadang terlalu over protektif terhadap remaja. Bagi sebagaian besar orang tua remaja masih di ang

Seni Mencintai Diri Sendiri

Setiap orang ingin dicintai, dihargai, dimengerti. Karena itu yang membuat mereka merasa seperti manusia, dianggap keberadaannya. Namun, apa jadinya jika orang yang tidak mencintai, menghargai, dan mengertimu adalah diri kamu sendiri? Kamu sedih dengan dirimu. Selalu muncul pertanyaan tentang kenapa hidupku begitu menyedihkan? Kenapa aku jelek? Kenapa aku miskin? Kenapa aku bodoh? Kenapa aku begitu memalukan? Kenapa aku selalu salah dan gagal? Hingga akhirnya tanpa sadar kamu begitu membenci dirimu sendiri. Kamu ingin lari dari kehidupanmu. Lari dari peranmu sebagai dirimu dan berangan seandainya bisa berubah menjadi orang lain. Tapi ah, itu tidak bisa. Memang, hidup ini tidak selalu sesuai dengan harapan. Dan terkadang begitu menyesakkan. Tapi bukan berarti itu salahmu. Jauh di dalam sana, ada sosok yang sedang menangis juga. Menangis karena ia tak tau sebab kenapa kamu begitu membencinya? Berdamailah dengan diri sendiri. Cintai dirimu dengan tulus. Rangkul dan peluklah ia denga